Amanda Anisimova Ungkap Hal Yang Dibutuhkan Usai Dibantai Di Wimbledon
2025-07-13 14:20:55 By Odegaard

Petenis peringkat 12 dunia kalah dua set langsung tanpa balas melawan Iga Swiatek, yang menjadi final Wimbledon nomor tunggal putri pertama dengan kedudukan akhir 6-0, 6-0 sejak musim 1911. Terakhir kali kemenangan tersebut terjadi di final Grand Slam mana pun berlangsung di French Open musim 1988 ketika Steffi Graf mengalahkan Natasha Zvereva kurang dari 40 menit.
“Dua pekan terakhir telah menjadi dua pekan yang istimewa bagi saya. Saya menikmati setiap momen yang saya lalui di sana. Ada banyak hal positif yang bisa saya ambil,” ungkap Anisimova.
“Saya pikir saya sedikit terdiam dengan rasa tegang saya. Mungkin dalam dua pekan terakhir, saya sedikit lelah atau semacamnya. Tetapi ia pastinya membuat pertandingan itu menyulitkan bagi saya. Ia petenis yang luar biasa.”
Kekalahan tersebut menjadi akhir pahit bagi perjalanan yang penuh gebrakan bagi petenis berusia 23 tahun. Sebelum ia kalah di final Wimbledon, ia mencetak kemenangan pertama dalam kariernya atas petenis peringkat 1 dunia yang tengah bertahta setelah iaa mengalahkan Aryna Sabalenka di semifinal.
“Ini cukup sulit untuk dicerna, tentunya, terutama selama dan setelah pertandingan. Ini bukan hal yang saya inginkan pada final Grand Slam pertama saya,” aku Anisimova.
“Saya pikir saya sedikit terkejut setelahnya. Saya pastinya akan tampil lebih tangguh setelah ini. Malah, saya bisa melihatnya sebagai hal positif dan sesuatu yang bisa saya jadikan sebagai motivasi untuk masa depan. Ada banyak hal yang perlu saya lakukan untuk maju.”
Petenis AS melakoni Wimbledon untuk kali pertama dalam kariernya tiga musim lalu. Pada musim 2023, ia tidak berpartisipasi setelah mengambil jeda dari turnamen WTA demi menjaga kesehatan mentalnya. Lalu ketika ia kembali, ia harus melakoni babak kualifikasi 12 bulan lalu sebelum kalah di babak kedua.
Meskipun masih relatif muda, petenis unggulan ke-13 telah melalui jalan berliku dalam kariernya, baik di atas maupun di luar lapangan. Selain masalah kesehatan mental, ia juga mengalami tragedi ketika sang ayah tiba-tiba meninggal dunia ketika ia masih berusia 17 tahun, di mana sang ayah, Konstantin Anisimov merupakan pelatihnya selama ia menjadi petenis junior.
Sementara demi masa depan, petenis AS menekankan satu aspek yang harus ia latih jika ia berharap memenangkan gelar Grand Slam pertama dalam kariernya.
“Fisik saya yang harus saya latih,” tutur Anisimova. “Agar bisa bertahan selama dua pekan di Grand Slam, itu adalah sesuatu yang harus banyak anda latih. Itu bukan hal yang mudah. Ini final Grand Slam pertama saya, jadi, setidaknya saya telah mendapatkan pengalaman itu.”
Juara di Doha awal musim ini akan berharap untuk bangkit di US Open yang akan dimulai pada akhir bulan Agustus mendatang. Meskipun prioritasnya adalah rehat sejenak sebelum kembali berkompetisi.
“Saya merasa sangat gembira mendapatkan beberapa hari untuk rehat, memenangkan pikiran saya dari semua hal, dan hanya menghabiskan banyak waktu bersama keluarga dan teman saya. Saya tidak benar-benar peduli ke mana kami pergi atau apa yang kami makan,” tukas Anisimova
Sedang Tayang















🔥 Populer



















