Victoria Mboko Tetap Membumi Usai Aksi Heroiknya Di Montreal

2025-08-08 20:48:43 By Odegaard

Petenis tuan rumah memasuki Canadian Open dengan menggunakan wildcard dan mengalami perjalanan bak kisah dongeng, termasuk mencetak kemenangan atas juara Grand Slam seperti Sofia Kenin, Cori Gauff, dan Elena Rybakina. Lalu di final, ia mengalahkan juara Grand Slam lain sekaligus mantan petenis peringkat 1 dunia, Naomi Osaka dengan tiga set.

 

Kiprah petenis berusia 18 tahun yang tidak terduga menjadikan dirinya sebagai petenis kedua yang memenangkan gelar turnamen WTA pertama dalam kariernya di turnamen WTA level 1000 sejak format turnamen tersebut diperkenalkan pada musim 2009. Secara kebetulan, petenis pertama yang menorehkan pencapaian tersebut adalah Osaka yang melakukannya di Indian Wells musim 2018.

 

“Ketika saya mendapatkan momen kemenangan itu dan melihat begitu banyak orang berdiri dan bersorak untuk saya, itu pengalaman yang luar biasa,” seru Mboko.

 

“Saya tidak pernah membayangkan sesuatu seperti itu terjadi dengan begitu tiba-tiba. Saya merasa sangat gembira untuk hal itu dan saya pikir itu hanya membuktikan bahwa mimpi anda lebih dekat daripada bayangan anda.”

 

Untuk membuat kemenangan tersebut terasa lebih mengagumkan, petenis tuan rumah harus berhadapan dengan kekhawatiran akan cedera jelang final setelah ia terjatuh dan mendarat dengan pergelangan tangannya di pertandingan sebelumnya. Pada hari yang sama seperti final turnamen WTA pertama dalam kariernya, ia harus menjalani pemeriksaan medis untuk melihat apakah ia cukup sehat untuk bermain.

 

“Saya merasa cukup gugup, terutama ketika saya bangun pada pagi harinya. Kondisinya cukup bengkak, benar-benar kaku, dan sulit untuk bergerak. Jadi, kami memutuskan untuk melakukan MRI dan X-ray hanya untuk memastikan bahwa tidak ada yang serius, bahwa saya memiliki kemungkinan untuk bermain,” jelas Mboko.

 

“Ketika saya mendapatkan lampu hijau, saya hanya harus memastikan saya bertemu fisioterapis dan kami membebatnya dengan benar sebelum pertandingan, itu usaha yang sangat solid. Saya hanya melakukan persiapan sebisa mungkin demi pertandingan.”

 

Petenis berusia 18 tahun menjadi petenis belia Kanada teranyar yang mencuri perhatian setelah petenis putri Kanada lain seperti Eugenie Bouchard dan Leylah Annie Fernandez yang keduanya pernah lolos ke final Grand Slam. Tanpa diragukan, akan ada lebih banyak perhatian media terhadap petenis berusia 18 tahun yang mengawali musim 2025 dengan berada di luar peringkat 300 besar, tetapi kini ia akan memasuki peringkat 50 besar sebagai hasil dari kemenangan final Canadian Open.

 

Terkait berhadapan dengan perhatian banyak pihak, ia menyatakan bahwa orang-orang di sekitarnya membantu dirinya untuk tetap rendah hati.

 

“Saya mengerti mengapa ada banyak perhatian di sekitarnya. Ini final dan gelar turnamen WTA pertama saya. Saya mengerti mengapa ada banyak minat di sekitarnya, tetapi saya senang membuat semua hal tetap sederhana, terutama dalam hidup saya,” sambung Mboko.

 

“Saya mengelilingi diri saya dengan orang-orang yang telah mengenal saya untuk waktu yang lama dan saya membuatnya tetap kecil. Saya menyukai untuk benar-benar santai dan tenang. Saya pikir untuk ke depannya, saya hanya ingin mempertahankan rutinitas sama yang biasanya saya lakkan. Saya tidak ingin memberikan terlalu banyak tekanan kepada diri saya sendiri karena sesuatu yang terjadi pekan ini. Selalu ada turnamen lain, apakah anda menang atau kalah. Saya hanya merasa gembira bisa menghidupkan momen ini. Begitu ini berlalu, semuanya berlalu.”

 

Karena pergelangan tangannya, Mboko mengkonfirmasi bahwa ia tidak akan bermain di Cincinnati Open, turnamen WTA level 1000 terakhir sebelum US Open.